Jumat, 23 November 2012

ATRESIA ANUS


ATRESIA ANUS
1.  Pendahuluan

Atresia ani atau anus imperforata disebut sebagai malformasi anorektal, adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau dengan anus tidak sempurna, termasuk Agenesis ani, Agenesis rekti dan Atresia rekti. Insiden 1 : 5000 kelahiran yang dapat muncul sebagai penyakit tersering yang merupakan syndrom VACTRERL ( Vertebra, Anal, Cardial, Esofageal, Renal, Limb).

            Dalam asuhan neonatus tidak sedikit dijumpai adanya kelainan cacat kongenital pada anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan. Walaupun kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan perineum.

            Kelainan kongenital pada anus ini biasanya disebabkan karena putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu /3 bulan, dan adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
Atresia ani adalah malformasi congenital dimana rectum tidak mempunyai lubang keluar (Walley,1996). Ada juga yang menyebutkan bahwa atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi,2001). Sumber lain menyebutkan atresia ani adalah kondisi dimana rectal terjadi gangguan pemisahan kloaka selama pertumbuhan dalam kandungan.


ü Definisi
Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002)
Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM)
Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003).

Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforata dalam 4 golongan, yaitu:
1. Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus
2. Membran anus yang menetap
3. Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam-macam jarak dari peritoneum
4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung

ü Etiologi
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
b. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
c. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.

4. Patofisiologi
Atresia ani atau anus imperforate dapat disebabkan karena :
a) Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik
b) Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
c) Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan
d) Berkaitan dengan sindrom down
e) Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan
f) Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sakral dan abnormalitas pada uretra dan vagina.
g) Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar anus menyebabkan fecal tidak dapat dikeluarkan sehingga intenstinal menyebabkan obstruksi.
Terdapat tiga macam letak
·         Tinggi (supralevator) → rektum berakhir di atas M.Levator ani (m.puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. Letak upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital
·         Intermediate → rectum terletak pada m.levator ani tapi tidak menembusnya
·         Rendah → rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit dan ujung rectum paling jauh 1 cm.
Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina/perineum
Pada laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke traktus urinarius



5.    Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar anomati ini neonatus ditemukan dengan obstruksi usus. Tanda berikut merupakan indikasi beberapa abnormalitas:
ü  Tidak adanya apertura anal
ü  Mekonium yang keluar dari suatu orifisium abnormal
ü  Muntah dengan abdomen yang kembung
ü   Kesukaran defekasi,  misalnya dikeluarkannya feses mirip seperti stenosis
ü  Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
ü  Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
ü  Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula).
ü  Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
ü  Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.
ü  Perut kembung.
Untuk mengetahui kelainan ini secara dini, pada semua bayi baru lahir harus dilakukan colok anus dengan menggunakan termometer yang dimasukkan sampai sepanjang 2 cm ke dalam anus. Atau dapat juga dengan jari kelingking yang memakai sarung tangan. Jika terdapat kelainan, maka termometer atau jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat normal dan penyumbatan terdapat lebih tinggi dari perineum. Gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah berwarna hijau.
 6. Diagnosis
1) Anamnesa:
a.Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah lahir
b. Tidak ditemukan anus, kemungkinan ada fistula
c. Bila ada fistula pada perineum(mekoneum +) kemungkinan letak rendah
Untuk menegakkan diagnosis Atresia Ani adalah dengan anamnesis dan pemeriksaan perineum yang teliti .
- mekonium (tinja pertama pada bayi baru lahir) tidak keluar dalam waktu 24-48 jam setelah lahir
- tinja keluar dari vagina atau uretra
- perut menggembung
- jika disusui, bayi akan muntah .

a. Keluhan utama pada bayi
Petugas mengatakan bayi mengalami atresia ani dengan hasil pemeriksaan fisik setelah 2 jam pertama setelah lahir tidak ditemukaan adanya lubang anus, serta perut bayi kembung
b. Riwayat obstetri
Riwayat kehamilan terakhir :
- TT : ibu mengatakan selama hamil mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali, imunisasi TT1 diberikan oleh bidan “R” sejak ibu diketahui positif hamil. Sedangkan imunisasi TT2 diberikan pada 4 minggu setelah mendapatkan imunisasi TT1
- Obat/jamu yang diminum : ibu mengatakan selama hamil hanya mengkonsumsi obat tablet Fe sebanyak 90 tablet selama hamil sesuai anjuran bidan. Tidak mengkonsumsi obat dan jamu lain
- Triwulan I : ibu mengatakan pada kehamilan selama 3 bulan pertama melakukan 3 kali kunjungan di BPS bidan “R” dengan keluhan mual dan muntah berlebihan selama 2 bulan pertama kehamilan.
- Triwulan II : ibu mengatakan pada kehamilan 4 bulan hingga 6 bulan melakukan 2 kali kunjungan di BPS bidan “R” dengan tidak ada keluhan apapun.
- Triwulan III : ibu mengatakan pada usia kehamilan 7 bulan hingga 9 bulan melakukan 4 kali kunjungan di BPS “R” dengan keluhan sering kencing.
c. Riwayat Persalinan
Tanggal 28 Desember 2010 pukul 08.00 WIB. Bayi lahir normal spontan belakang kepala, ditolong leh bidan, lama persalinan kala I ± 7 jam, kala II 30 menit, kala III 5 menit, plasenta lahir lengkap, jenis kelamin bayi perempuan tidak ada lilitan tali pusat, BB : 3200 gr, PB : 50 cm, 2 jam post partum perdarahan ± 200 cc
http://medicastore.com/penyakit/905/Atresia_Anus.html
Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan fisik rectum: kepatenen rectal dan dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau jari.
Pemeriksaan Penunjang:
a)  Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang umum dilakukan pada gangguan ini.
b) Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel mekonium.
c) Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada mekonium yang mencegah udara sampai keujung kantong rectal.
d) Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.
e) Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum tersebut sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm Derek tersebut dianggap defek tingkat tinggi.

Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan
a. Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di daerah tersebut.
b. Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dan gambaran ini harus dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus impoefartus, pada bayi dengan anus impoefartus. Udara berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid, kolon/rectum.
c. Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala dibawah dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto daerah antara benda radio-opak dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat diukur.

7. Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk kelainan dilakukan kolostomi beberapa lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen (prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badan dan bertambah baik status nutrisnya. Gangguan ringan diatas dengan menarik kantong rectal melalui afingter sampai lubang pada kulit anal fistula, bila ada harus tutup kelainan membranosa hanya memerlukan tindakan pembedahan yang minimal membran tersebut dilubangi degan hemostratau skapel.
Tindakan pembedahan merupakan satu-satunya cara pengobatan atresia. For high anal atresia anus, segera setelah diagnosis dibuat, berupa membuat saluran darurat di dinding perut bayi (colostomy) untuk menyalurkan pembuangan pup. Beberapa bulan kemudian, baru dipindahlan ke bagian anusnya. Sedangkan colostomy nya di tutup beberapa minggu kemudian. Pada atresia rendah, segera setelah diagnosa, sumbatan (kulit) segera di lubangi. Jika salurannya tidak pada tempatnya, maka operasi pemindahan dillakukan dalam1 tahun pertama. Setelah pembedahan, dokter ahli bedah anak, menggunakan alat khusus seta mengajarkan ke orang tua agar tidak terbentuk jaringan ikat (sikatriks) pada lubang yang sudah di buat.
b. Pengobatan
1) Aksisi membran anal (membuat anus buatan)
2) Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus permanen)
c.Keperawatan
            Kepada orang tua perlu diberitahukan mengenai kelainan pada anaknya dan keadaan tersebut dapat diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi akan dilakukan 2 tahap yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan dilakukan operasi tahapan ke 2, selain itu perlu diberitahukan perawatan anus buatan dalam menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi serta memperhatikan kesehatan bayi
(Staf Pengajar FKUI. 205)



8. Prognosis
Sebagian besar prognosis dari atresia ani biasanya baik bila didukung perawatan yang tepat dan juga tergantung kelainan letak anatomi saat lahir.
Untuk anak-anak yang memiliki hasil yang buruk untuk kontinensia dan sembelit dari operasi awal, operasi lebih lanjut untuk lebih membentuk sudut antara anus dan rektum dapat meningkatkan penahanan dan, bagi mereka dengan rektum besar, operasi untuk mengangkat bahwa segmen membesar secara signifikan dapat meningkatkan kontrol usus untuk pasien. Mekanisme enema antegrade dapat dibentuk dengan bergabung lampiran ke kulit (Malone stoma), namun, mendirikan anatomi lebih normal adalah prioritas.

Biasanya dokter dapat membuat diagnosis visual yang jelas atesia dubur setelah lahir. Kadang-kadang, bagaimanapun, atresia anus yang tidak terjawab sampai bayi makan dan tanda-tanda obstruksi usus muncul. Pada akhir hari pertama atau kedua, perut membengkak dan ada muntah feces. Untuk menentukan jenis atresia anal dan posisi yang tepat, sinar x akan diambil yang meliputi menyuntikkan pewarna ke dalam pembukaan buram. Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau computed tomography scan (CT), serta USG, adalah teknik pencitraan yang digunakan untuk menentukan jenis dan ukuran atresia anus. USG menggunakan gelombang suara, CT scan sinar x lulus melalui tubuh pada sudut yang berbeda, dan MRI menggunakan medan magnet dan gelombang radio.





KESIMPULAN

Atresia anus artinya anus tidak ada atau tidak berada pada tempatnya.Atresia anus merupakan kelainan dalam perkembangan bayi saat masih dalam kandungan, penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga factor genetic sedikit berperanan.diagnosis dibuat segera setelah bayi dilahirkan (rutinitas/SOP, dimana tiap  bayi baru lahir diperiksa anusnya ada atau tidak,trsumbat atau tidak.
Namun demikian terjadi juga keadaan ini tidak terdeteksi, dan baru diketahui setelah bayi tidak ngepup-ngepup dan terlihat gejala sumbatan diusus. Untuk memastikan jenis atresia dan posisinya pastinya, dilakukan pemeriksaan ronsen plus zat kontras. MRI atau CT Scan juga bias menentukan jenis dan ukuran atresia
Tindakan pembedahan merupakan satu-satunya cara pengobatan atresia.for high anal atresia anus, segera setelah diagnosis dibuat, berupa membuat saluran darurat di dinding perut bayi (colostomy) untuk menyalurkan pembuangan pup, beberapa bulan kemudian baru dipindahkan ke bagian anusnya.







DAFTAR PUSTAKA

Suriadi, dkk.   Asuhan Keperawatan pada Anak.  edisi 2. Jakarta:  Sagung Seto. 2006. 145-3
Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden .  Buku Saku Keperawatan Pediatrik.  Edisike-3. Jakarta: EGC. 2006. 345
Wong, Donna L. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. edisi ke-4. Jakarta : EGC. 2003. 446
Anonimous. Atresia Anus (Anus Imperforatus). Available @ http//www.medicastore.com. (cited on December 16 th 2011).
Anonimous. Atresia Anus (Anus Imperporta). Available @ http//www.drdidispog.com. (cited on December 16 th 2011).
Anonimous.   Atresia Ani. Available @  http//akperkalta.ac.id (cited on Desember 17 th 2011)
Anonimous.  Askep  Atresia  Ani.  Available @ http://nursingbegin.com (cited on Desember 17 th 2011)



laporan kkn

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kuliah Kerja Nyata Plus (KKN-P) pada hakekatnya merupakan penjabaran pelaksanaan Undang-Undang Perguruan Tinggi di mana salah satu di antaranya yakni pengapdian kepada masyarakat.KKN-P selain menjadi mata kuliah bagi mahasiswa juga menjadi wahana bagi Perguruan Tinggi dalam mentrasfer Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) kepada masyarakat, terutama di wilayah pedesaan, jauh dari jangkauan Pendidikan Tinggi.
Penetapan mahasiswa di wilayah pedesaan ini  bertujuan untuk mendekatkan pendidikan tinggi kepada masyarakat dan sekaligus menjaga kesenjangan atau disparitas antara masyarakat ilmiah/dunia kampus dengan masyarakat di pedesaan. Selain itu KKN-P  juga dimaksudkan untuk mendapat umpan balik antara keterkaitan pengembangan IPTEK dengan kebutuhan masyarakat.
Karena program pembangunan juga merupakan tanggung jawab perguruan tinggi beserta civitas akademiknya, maka untuk tahun 2012 salah satu Desa/Kelurahan yang menjadi tujuan KKN-P Angkatan XXV Unidayan BauBau adalahKelurahan Bandar BataugaKecamatan Batauga Kab.Buton.
Dengan pelaksanaan program KKN-P di Kelurahan Bandar Batauga Kecamatan Batauga Kabupaten Buton yang dilaksanakan selama kurang lebih 30 hari dimana mahasiswa sebagai koordinator, motivator dan aspirator sehingga dapat di jadikan contoh dalam poses pembanguna khususnya pembangunan di Kelurahan Bandar Batauga menuju pembangunan yang lebih baik.
Kuliah Kerja Nyata Plus adalah merupakan bentuk Pengimplementasian Tridharma Perguruan Tinggi  yakni pengabdian kepada masyarakat.
Tujuan Kuliah Kerja Nyata Plus (KKN-P) adalah :
1.                   Menghasilkan sarjana berkompetensi yang lebih ditekankan kepada kemampuan aplikasi yang ada untuk memecahkan masalah yang ada di sekitarnya secara paragmatis dan interdisipliner.
2.                   Mendekatkan perguruan tinggi kepada masyarakat dan lebih menyesuaikan pendidikan tinggi kepada tuntutan pembangunan
3.                   Mempercepat gerak pembaharuan dan  mempersiapkan kader-kader pembangunan di pedesaan.

1.2.  Dasar Pelaksanaan
Dasar pelaksanaan KKN-P adalah berangkat dari :
1.    Undang-Undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 yang ditetapkan pada tanggal 11 Juni 2003.
2.    Pasal 21 Ayat (2) Undang-Undang Sisdiknas dinyatakan : Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada massyarakat
Pasal 25 Ayat (3) Undang-Undang Sisdiknas dinyatakan: perguruan tinggi memiliki Otonomi untuk mengelolah sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan pendidikan tinggi, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.
1.3.Profil Kelurahan Bandar Batauga
1.3.1        Kondisi Umum Wilayah
Kondisi topografi Kelurahan Bandar Batauga Kecamatan Batauga Kabupaten Buton terdiri atas daratan dan lautan yang termanfaatkan dengan baik.Ini terbukti dengan aktifitas masyarakat di laut yang berhasil membudidayakan rumput laut dan penambagan pasir laut untuk keperluan pembangunan baik untuk kawasan kabupaten Buton sendiri maupun untuk pembangunan yang ada di Kota Baubau.Sedangkan masyarakat lainnya bercocok tanam dengan aneka tanaman jangka pendek dan jangka panjang.

1.3.2        Letak Geografis
Kelurahan Bandar Batauga adalah nama kelurahan yang terletak ± 15 km ke arah selatan dari Kota Baubau yang sebagian besar masyarakatnyamerupakan penduduk asli dan sebagian lainnya berasal dari eksodus(pengungsi) dari ambon yang terbagi menjadi3 lingkungan yaitu Lingkungan Batauga selatan, Lingkungan Batauga utara, Lingkungan Lamaindo.
Secara geografis, Kelurahan Bandar Batauga memiliki luas willayah ± 4,86 ha/m2 dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
            Sebelah utara               : Gunung kalangaana.
            Sebelah selatan            : Kelurahan Lakambau, Kecamatan Batauga.
            Sebelah timur              : Kelurahan Busoa, Kecamatan Batauga.
            Sebelah barat               : Selat Pitter Both.
1.3.3        Potensi Sumber Daya Alam
Kelurahan Bandar batauga adalah salah satu Kelurahan yang terletak di Pesisir Pantai yang mempunyai potensi pemberdayaan hasil laut yang baik. Terbukti dengan mata pencaharian sebagian besar masyarakat adalah budidaya rumput laut dan penambangan pasir laut untuk bahan bangunan utama yang telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi kelangsungan hidup masyarakatnya. Dengan itulah mereka bisa menyekolahkan anak-anak mereka dan bisa hidup dengan berkecukupan.
Selain potensi sumberdaya laut, masyarakat sekitar juga mempunyai lahan perkebunan jangka panjang, seperti sayur-sayuran dan jambu mete.

1.3.4        Keadaan Demografi
a.       Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk di Kelurahan Bandar batauga secara keseluruhan yang tercatat  di Kantor Kelurahan berjumlah 1052 jiwa yang terdiri dari 532 jiwa laki-laki dan 520 jiwa perempuan.
b.      Agama dan Kepercayaan
Penduduk Kelurahan Bandar batauga mayoritas beragama Islam, dimana dari jumlah penduduk 1052 jiwa tidak ada yang beragama lain.
c.       Kehidupan Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial masyarakat Kelurahan Bandar Batauga secara umum masih berpegang pada aturan adat istiadat dimana semangat gotong-royong dan kerjasama antar warga cukup kuat, hanya saja sebagian kecil masyarakat juga terpengaruh dengan arus-arus politik yang kurang baik sehingga batas interaksi antar warga tercipta dengan sendirinya. Menjupai keadaan demikian, kami mahasiswa KKN-P melakukan sosialisasi tentang pentingnya kerjasama dalam hidup bermasyarakat sebagai salah satu program kerja dengan harapan mampu menumbuhkan kembali semangat kerjasama dan gotong royong sehingga dapat menembus batas interaksi antarwarga tersebut.
Kondisi ekonomi masyarakat Kelurahan Bandar Batauga sudah menunjukkan tanda-tanda kemapanan. Hal ini dibuktikan dengan tingkat pendapatan masyarakat yang semakin meningkat dengan banyaknya usia remaja yang menempuh pendidikan sampai ke perguruan tinggi.

d.      Mata Pencaharian Penduduk
Mata pencaharian mayoritas masyarakat Kel. Bandar Batauga adalah nelayan dan petani.



Tabel 1: Mata Pencaharian Penduduk
No.
Jenis Pekerjaan
Laki-laki (org)
Perempuan (org)
1.
Petani
78
77
2.
PNS
11
6
3.
Peternak
2
1
4.
Nelayan
90
-
5.
Montir
1
-
6.
Bidan Swasta
-
1
7.
POLRI
2
1
8.
Pensiunan
2
2
9.
Pengusaha kecil dan menengah
7
-
10.
Dukun kampung terlatih
-
1
11.
Pengusaha besar
-
-
12.
Arsitektur
-
-
13.
Karyawan perusahaan swasta
1
4
Jumlah
194
93





e.       Tingkat Pendidikan
Tabel 2 : Tingkat Pendidikan Penduduk
No.
Tingkat Pendidikan
Laki-laki (org)
Perempuan (org)
1.
Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK
15
15
2.
Usia 3-6 tahun yang sedang TK/play group
17
11
3.
Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah
-
-
4.
Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah
160
132
5.
Usia 18-56 tahun tidak pernah sekolah
-
-
6.
Usia 18-56 pernah SD tetapi tidak tamat
6
4
7.
Tamat SD/sederajat
68
45
8.
Usia 12-56 thn tidak tamat SLTP
20
25
9.
Usia 18-56 thn tidak tamat SLTA
30
20
8.
Tamat SMP/sederajat
62
62
9.
Tamat SMA/sederajat
58
54
10.
Tamat D-1/sederajat
-
-
11.
Tamat D-2/sederajat
4
6
12.
Tamat D-3/sederajat
-
3
13.
Tamat S-1/sederajat
12
5
Jumlah
452
382

1.3.5        Sarana dan Prasarana Kelurahan
Tabel 3: Sarana Dan Prasarana Kelurahan
No.
Sarana dan Prasarana
Jumlah
ketetangan
1.
Kantor Kelurahan
1
Proses rehabilitasi
2.
Gedung SLTA
-

3.
Gedung SLTP
-

4.
Gedung SD
1
Negeri
5.
Gedung TK
1

6.
Masjid
1

7.
Pasar
-

8.
Puskesmas
-

9.
Dermaga
-

10.
Lapangan footsal
1




1.4.Keadaan Penyakit
Distribusi penyakit yang ada diwilayah kerja Puskesmas Batauga bervariasi ini tergambar dari 10 macam penyakit utama dan dengan jumlah kunjungan yang terbanyak.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel  4. 10 Macam Penyakit Terbesar di Puskesmas Batauga
Tahun2011
NO
NAMA PENYAKIT
JUMLAH KUNJUNGAN
ABS
%
1
2
3
4
1
ISPA
2.899
26,9
2
TUKAK LAMBUNG/ GASTRITIS
1.890
17,5
3
PENYAKIT KULIT INFEKSI
1.080
10
4
PENYAKIT KULIT ALERGI
948
8,8
5
PENY. PADA SISTEM  OTOT DAN JARINGAN PENGIKAT
704
6,8
6
PENY.TEKANAN DARAH TINGGI
433
4,1
7
DIARE
395
3,6
8
SUSPEK TB
342
3,1
9
KECELAKAAN DAN RUDAPAKSA
 314
2,9
10
GIZI
189
1,7
11

LAIN-LAIN
1.549
14,3
Sumber :Data Sekunder, Laporan LB1 Puskesmas Batauga,2011


1.5.Potensi Sumber Daya
1.5.1. Data Ketenagaan
Jumlah Tenaga Puskesmas Wilayah Kecamatan Batauga sebanyak 53 orang terdiri dari 13Bidan, 18Perawat, 6FKM, 6 Gizi, 2Farmasi, 1 Kes.Gigi, 2 Dokter, 3 Tenaga Umum, dan 2 Tenaga Analisis Kesehatan Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel  5. Data   Jumlah   Tenaga    Berdasarkan   Jenis   Ketenagaan   Dan Kualifikasi Pendidikan Puskesmas Batauga Tahun 2012
NO
JENIS TENAGA
PENDIDIKAN
JUMLAH
KUALIFIKASI TENAGA
PNS
PTT
MGG
I
MEDIS :





1
Dokter Umum
S1-Kedokteran Umum
2
2
-
-
2
Dokter Gigi
-
-
-
-
-
II
PARA MEDIS :






A.PERAWATAN





1
Ahli Madya Keperawatan
D-III Keperawatan
12
11
-
1
2
Perawat Pratama
SPK
6
6
-
-
3
Ahli Madya Kebidanan
D-III Kebidanan
11
6
4
1
4
Bidan Pratama
D-I Kebidanan
2
2
-
-
5
Ahli Madya Gigi
D-III PerawatGigi
1
1
-
-
B.NON PERAWATAN





1
Sarjana Gizi
S1 – Gizi
2
2
-
-
2
Sarjana Kesehatan Masyrakat
S1 – Kesmas
3
3
-
-
3
Ahli Madya Gizi
D-III Gizi
4
4
-
-
4
Ahli Madya Kes. Lingkungan
D-III Kesling
3
3
-
-
5
Ahli Madya Farmasi
D- III Farmasi
2
1
-
1
C.TENAGA NON MEDIK





1
Tenaga Umum

3
1
0
2


JUMLAH :

53
44

4
5
Sumber :Data Sekunder, Laporan LB1 Puskesmas Batauga,2012

Dari tabel dan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa dari  jenis tenaga yang dibutuhkan untuk melaksanakan seluruh kegiatan Puskesmas sudah bisa terpenuhi namun dari jumlah masih relatif kurang. Hal ini disebabkan masih banyak kegiatan yang dirangkap oleh satu orang tenaga dengan latar belakang pendidikan sebagai tenaga medis, seperti yang mengelola gudang dan laboratorium (bidang farmasi), Belum ada tenaga yang spesifik dibidang kefarmasian dan laboratorium, dan tenaga promosi kesehatan.
1.5.2.      Data Sarana Kesehatan
Sarana Kesehatan yang terdapat di Kecamatan Batauga terdiri dari sarana Kesehatan pemerintah dan sarana kesehatan yang bersumber daya Masyarakat. Hal dapat diuraikan sebagai berikut :
1.    Bangunan Puskesmas Pembantu / Polindes, Poskesdes, dan Posyandu
Jumlah Bangunan Puskesmas Pembantu adalah 3 unit,  2 unit Polindes, 2 unit Poskesdes dan 10 unit Posyandu yang tersebar di sepuluh desa/kelurahan Wilayah Keja Puskesmas Batauga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 6.Jumlah Puskesmas Pembantu dan Polindes Puskesmas Wilayah Kecamatan Batauga Tahun 2012
NO
SARANA KESEHATAN
DESA/KELURAHAN
JUMLAH
DITEMPATI
/ Aktif
KET
Ya
Aktif
Baik
Rusak
1.
Pusk. Pembantu
Lakambau
1
Ö
Ö
Baik
-
2.
Pusk. Pembantu
Bola
1
Ö
Ö
Baik
-
3.
Pusk. Pembantu
Bola
1
Ö
Ö
Baik
-
4.
Polindes
Masiri
1
Ö
Ö
Baik
-
5.
Polindes
Majapahit
1
Ö
Ö
Baik
-
4.
Poskesdes
Molagina
1
Ö
Ö
Baik
-
5.
Poskesdes
Wolowa Baru
1
Ö
Ö
Baik
-
6.
Posyandu
Tersebar di Semua Desa
10
Ö
Ö
Baik
-

JUMLAH :
17




Sumber :Data Sekunder, Laporan LB1 Puskesmas Batauga,2012





BAB II
TUJUAN DAN MANFAAT
2.1.  Tujuan
Tujuan dapat dibagi menjadi 2 yaitu tujuan umum dan tujuan profesi.
2.1.1.      Tujuan Umum:
1.    Untuk mensinergiskan upaya pemberdayaan masyarakat dalam mengangkat potensi yang di miliki.
2.    Untuk menjadikan masyarkan yang tanggap denagn lingkungan atas perubahan-perubahan yang ada sesuai dengan kemajuan pembangunan.
3.    Untuk menjadikan masyarakat yang cinta dengan kesehatan lingkungan yang merupakan batu loncatan bagi desa sehat.
4.    Membantu pemerintah untuk mempercepat gerak pembangunan.
2.1.2.      Tujuan profesi :
1.    Agar lembanga perguruan tinggi menghasilkan sarjana yang lebih menghayati maslah-masalah yang di hadapi masyarakat terutama masalah-masalah kesehatan lingkungan.
2.    Menciptakan masyarakat yang sadar akan pentinganya tempat pelayanan  kesehatan sehingga  sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
3.    Untuk mengetahui sejauh mana pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah.
2.2.  Manfaat.
            Adapun manfaat dari KKN-P Unidayan Angkatan XXIV dapat dirasakan oleh masyarakat dan juga peserta KKN-P itu sendiri.
2.2.1.   Manfaat Terhadap Masyarakat :
Keberadaan mahasiswa KKN Plus Unidayan Baubau khususnya Fakultas Kesehatan Masyarakat sangat besar manfaatnya, sebab selain berfungsi sebagai aspirator, dinamisator juga berfungsi sebagai komunikator dalam aspek kehidupan masyarakat guna dapat membantu memberikan Ilmu pengetahuan dalam proses kehidupan sehari-hari sehingga masyarakat dapat melakukan pencegahan-pencegahan penyakit guna tercapainya lingkungan  dan masyarakat yang sehat di khususnya Kelurahan Bandar Batauga.
Mempercepat dan meningkatkan kerja sama antara perguruan tinggi sebagai pusat IPTEK dan kerja sama dengan instansi atau jawatan dalam pelaksanaan pembangunan Kelurahan.
2.2.2.      Manfaat Terhadap Mahasisiwa
Manfaat yang diperoleh mahasiswa, khususnya mahasiswa Fakultas Kesahatan Masyarakat  melalui program KKN-(Plus) yaitu untuk menerapkan secara langsung ilmu pengetahuan yang dimiliki, sebagai bahan perbandingan antara teori-teori yang diperoleh di lembaga Perguruan Tinggi dengan kondisi dilapangan berdasarkan faktor prioritas yang menjadi kebutuhan mendesak dan mendasardi Kelurahan Bandar Batauga Kecamatan Batauga.
BAB III
MASALAH, AKAR MASALAH, DAN ALTERNATIF SOLUSI
Tabel 7.  Masalah Akar Masalah dan Alternatif Solusi
No
Institusi
Jenis Usaha/Kegiatan
Masalah
Akar Masalah
Alternatif Solusi
1
2
3
4
5
6
1
SDN 3 Busoa
Penyuluhan kesehatan tentang PHBS
masih banyak anak khususnya usia sekolah dasar yang belum memahami tentang ber – PHBS. 
Rendahnya tingkat kesadaran dan pemahaman tentang PHBS khususnya siswa siswi SDN 3 Busoa. 

Melakukan penyuluhan tentang PHBS di SDN 3 Busoa
2.
Rumah Warga
Penyuluhan tentang rumah sehat
Masih terdapat rumah yang belum memenuhi standar rumah sehat.
Rendahnya pengetahuan tentang rumah sehat karena tingkat pendidikan kurang.
Melakukan penyuluhan tentang rumah sehat di rumah-rumah warga.
3.
Lingkungan Batauga Selatan
Membersihkan dan Mendayagunakan Drainase
Drainase yang tidak dimanfaatkan dan difungsikan
Drainase tersumbat karena banyak sampah dan tumbuhan liar sepanjang drainase.
Pembersihan dan pembenahan drainase lingkungan Batauga Selatan

BAB IV
METODE DAN STRATEGIS PELAKSANAAN  KEGIATAN
4.1 Metode Pelaksanaan Kegiatan
Metode yang di pakai dalam pelaksanaan progran Kuliah Kerja Nyata Plus (KKN-P) adalah metode “Fiel Research” (Penelitian Lapangan) dimana dengan penelitian lapangan, langsung melihat kondisi objektif dengan cara :
  1. Observasi
Yaitu suatu metode pengamatan yang dilakukan oleh mahasiswa secara langsung untuk mengetahui atau mendapatkan data (Permasalahan)
  1. Wawancara Mendalam
Yaitu suatu cara yang dilakukan oleh Mahasiswa untuk mendapatkan gambaran tentang kehidupan masyarakat. Budaya masyarakat dan status sosial serta status kesehatan masyarakat dengan cara berkomunikasi secara langsung.
3.      Penyuluhan
            Yaitu suatu cara yang dilakukan mahasiswa untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang program yang akan dilakasanakan di Kelurahan dan Sekolah.
            Ketiga metode tersebut di atas, disusunlah suatu program kerja yang akan disajikan dalam bentuk seminar kelurahan guna mendapatkan alternatif dan solusi dalam pelaksanaan kegiatan yang dimaksud.
4.2  Strategis Pelaksanaan Kegiatan
Strategis yang kami gunakan dalam pelaksanaan kegiatan KKN-P angkatan XXV Tahun 2012/2013Kelurahan Bandar Batauga yakni dengan menjalin kerjasama antara mahasiswa KKN-P  dengan pemerintah, tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda dan masyarakat umum lainnya yang memiliki keterkaitan erat dengan program kerja yang dilaksanakan.


BAB V
HASIL KEGIATAN (MATRIKS) TERLAMPIR
Laporan pelaksanaan untuk kegiatan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Plus (KKN-P) Unidayan Angkatan XXV Tahun Akademik 2012/2013 Di Kelurahan Bandar BataugaKecamatan BataugaKabupaten Buton dapat dilihat pada matriks kegiatan terlampir dalam laporan ini, akan tetapi juga dapat digambarkan secara garis besarnya tentang hasil-hasil yang telah dicapai oleh mahasiswa KKN-Plus.
Berdasarkan hasil rancangan pelaksanaan kegiatan yang telah disahkan dalam seminar pada program Tingkat Kelurahan dan Tingkat Kecamatan, berjalan cukup baik atau dapat dikatakan bahwa kegiatan Mahasiswa KKN-Plus di Kelurahan Bandar Batauga Kecamatan BataugaKabupaten Buton dilaksanakan  sesuai dengan rancangan kegiatan yang telah disepakati bersama melalui seminar.
Adapun mengenai pelaksanaan kegiatan mahasiswa KKN-Plus Angkatan XXV Tahun Akademik 2012/2013 Universitas Dayanu Ikhsanuddin BauBau yang berlokasi di Kelurahan Bandar BataugaKecamatan BataugaKabupaten Buton dapatdilihat pada matriks kegiatan terlampir.



BAB VI
TANTANGAN DAN HAMBATAN
Adapun tantangan dan hambatan yang dihadapi selama bedara di Lokasi KKN-Plus yakni di Kelurahan Bandar BataugaKecamatan Batauga yaitu:
6.1    Tantangan
Tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Nyata Plus (KKN-P) di Kelurahan Bandar Batauga Mulai dari penyusunan program kerja sampai pada pelaksanaan program kerja yaitu:
1.    Keterbatasan anggaran pendanaan dalam pelaksanaan program fisik maupun non fisik.
2.    Keterbatasanwaktu pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN-P) yang hanya 25 hari
3.    Kondisi sosial dan budaya masyarakat yang heterogen
4.    Belum berfungsinya secara maksimal lembaga-lembaga adat dan beberapaperanan sosial kemasyarakatan kerena merupakan kelurahan pemekaran.
5.    Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kesehatan yang sangat berharga bagi semua kalangan masyarakat.




    6.2  Hambatan
Hambatan yang dihadapi di lapangan adalah
1.    Tidak memadainya sarana dan prasarana di Kelurahan Bandar Batauga kerena merupakan Kelurahan Pemekaran
2.    Tingginya aktifitas pekerjaan masyarakat sebagian petanidan nelayan menjadi hambatan dalam mengkomunikasikan program kerja KKN-Plus di Kelurahan Bandar Batauga.


BAB VII
PENUTUP
7.1  Kesimpulan
Selama melaksanakan program kerja KKN-P Angkatan XXV kami simpulkan sebagai berikut:
1.      Pada hakikatnya eksistensi mahasiswa khususnya FKM masih sangat dibutuhkan oleh puskesmas,sekolah dan masyarakat sebagai motifator, konseptor dan mediator disegala lini kehidupan masyarakat.
2.      Pada hakikatnya KKN-P yang dilakukan oleh Unidayan Baubau merupakan wujud dan pelaksanaan TriDarma Perguruan Tinggi khususnya pada pengabdiankepada masyarakat yang bersifat langsung dan nyata.
  1. Keberadaan KKN-P di tengah-tengah masyarakat, dapat memberiskan dorongan atau motivasi dalam setiap kehidupan masyarakat.
  2. KKN-P Pada prinsipnya membantu pelaksanaan program pemerintah baik pembangusnan fisik maupun pembangunan non fisik yang diharapkan langsung dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat.
  3. Kegiatan KKN-P Unidayan Bau-Bau Angkatan XXV Tahun 2012/2013 di Kelurahan Bandar Bataugabershasil berkat adanya kerjasama yang baik dimasyarakat, baik tokoh pemuda, tokoh agama dan tokoh adat serta pemerintah setempat yang selalu membantu dalam pelaksanaan program kerja.
7.2  Saran-Saran
1.    Diharapkan kepada pemerintah Kelurahan Bandar Bataugadan masyarakat dapat memperhatikan kondisi wilayahnya dan Kesehatan masyarakatnya  agar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakatnya.
  1. Diharapkan kiranya mahasisiwa KKN-P pada tahun-tahun yang akan datang dapat menyiapkan diri dengan berbagai keterampilan untuk diterapkan pada masyarakat.
  2. Diharapkan kepada mahasiswa yang akan KKN-P tahun-tahun berikutnya lebih terarah dalam bidang profesinya dan menjalin kekompakan antara sesama mahasiswa maupun dengan masyarakat.
  3. Diharapkan kepada warga masyarakat Bandar Bataugaagar dapat meningkatkan kerjasama dengan pemerintah untuk membangun Kelurahan yang kita cintai.