Jumat, 23 November 2012

ATRESIA ANUS


ATRESIA ANUS
1.  Pendahuluan

Atresia ani atau anus imperforata disebut sebagai malformasi anorektal, adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau dengan anus tidak sempurna, termasuk Agenesis ani, Agenesis rekti dan Atresia rekti. Insiden 1 : 5000 kelahiran yang dapat muncul sebagai penyakit tersering yang merupakan syndrom VACTRERL ( Vertebra, Anal, Cardial, Esofageal, Renal, Limb).

            Dalam asuhan neonatus tidak sedikit dijumpai adanya kelainan cacat kongenital pada anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan. Walaupun kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan perineum.

            Kelainan kongenital pada anus ini biasanya disebabkan karena putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu /3 bulan, dan adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
Atresia ani adalah malformasi congenital dimana rectum tidak mempunyai lubang keluar (Walley,1996). Ada juga yang menyebutkan bahwa atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi,2001). Sumber lain menyebutkan atresia ani adalah kondisi dimana rectal terjadi gangguan pemisahan kloaka selama pertumbuhan dalam kandungan.


ü Definisi
Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002)
Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM)
Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003).

Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforata dalam 4 golongan, yaitu:
1. Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus
2. Membran anus yang menetap
3. Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam-macam jarak dari peritoneum
4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung

ü Etiologi
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
b. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
c. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.

4. Patofisiologi
Atresia ani atau anus imperforate dapat disebabkan karena :
a) Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik
b) Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
c) Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan
d) Berkaitan dengan sindrom down
e) Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan
f) Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sakral dan abnormalitas pada uretra dan vagina.
g) Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar anus menyebabkan fecal tidak dapat dikeluarkan sehingga intenstinal menyebabkan obstruksi.
Terdapat tiga macam letak
·         Tinggi (supralevator) → rektum berakhir di atas M.Levator ani (m.puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. Letak upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital
·         Intermediate → rectum terletak pada m.levator ani tapi tidak menembusnya
·         Rendah → rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit dan ujung rectum paling jauh 1 cm.
Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina/perineum
Pada laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke traktus urinarius



5.    Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar anomati ini neonatus ditemukan dengan obstruksi usus. Tanda berikut merupakan indikasi beberapa abnormalitas:
ü  Tidak adanya apertura anal
ü  Mekonium yang keluar dari suatu orifisium abnormal
ü  Muntah dengan abdomen yang kembung
ü   Kesukaran defekasi,  misalnya dikeluarkannya feses mirip seperti stenosis
ü  Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
ü  Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
ü  Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula).
ü  Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
ü  Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.
ü  Perut kembung.
Untuk mengetahui kelainan ini secara dini, pada semua bayi baru lahir harus dilakukan colok anus dengan menggunakan termometer yang dimasukkan sampai sepanjang 2 cm ke dalam anus. Atau dapat juga dengan jari kelingking yang memakai sarung tangan. Jika terdapat kelainan, maka termometer atau jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat normal dan penyumbatan terdapat lebih tinggi dari perineum. Gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah berwarna hijau.
 6. Diagnosis
1) Anamnesa:
a.Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah lahir
b. Tidak ditemukan anus, kemungkinan ada fistula
c. Bila ada fistula pada perineum(mekoneum +) kemungkinan letak rendah
Untuk menegakkan diagnosis Atresia Ani adalah dengan anamnesis dan pemeriksaan perineum yang teliti .
- mekonium (tinja pertama pada bayi baru lahir) tidak keluar dalam waktu 24-48 jam setelah lahir
- tinja keluar dari vagina atau uretra
- perut menggembung
- jika disusui, bayi akan muntah .

a. Keluhan utama pada bayi
Petugas mengatakan bayi mengalami atresia ani dengan hasil pemeriksaan fisik setelah 2 jam pertama setelah lahir tidak ditemukaan adanya lubang anus, serta perut bayi kembung
b. Riwayat obstetri
Riwayat kehamilan terakhir :
- TT : ibu mengatakan selama hamil mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali, imunisasi TT1 diberikan oleh bidan “R” sejak ibu diketahui positif hamil. Sedangkan imunisasi TT2 diberikan pada 4 minggu setelah mendapatkan imunisasi TT1
- Obat/jamu yang diminum : ibu mengatakan selama hamil hanya mengkonsumsi obat tablet Fe sebanyak 90 tablet selama hamil sesuai anjuran bidan. Tidak mengkonsumsi obat dan jamu lain
- Triwulan I : ibu mengatakan pada kehamilan selama 3 bulan pertama melakukan 3 kali kunjungan di BPS bidan “R” dengan keluhan mual dan muntah berlebihan selama 2 bulan pertama kehamilan.
- Triwulan II : ibu mengatakan pada kehamilan 4 bulan hingga 6 bulan melakukan 2 kali kunjungan di BPS bidan “R” dengan tidak ada keluhan apapun.
- Triwulan III : ibu mengatakan pada usia kehamilan 7 bulan hingga 9 bulan melakukan 4 kali kunjungan di BPS “R” dengan keluhan sering kencing.
c. Riwayat Persalinan
Tanggal 28 Desember 2010 pukul 08.00 WIB. Bayi lahir normal spontan belakang kepala, ditolong leh bidan, lama persalinan kala I ± 7 jam, kala II 30 menit, kala III 5 menit, plasenta lahir lengkap, jenis kelamin bayi perempuan tidak ada lilitan tali pusat, BB : 3200 gr, PB : 50 cm, 2 jam post partum perdarahan ± 200 cc
http://medicastore.com/penyakit/905/Atresia_Anus.html
Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan fisik rectum: kepatenen rectal dan dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau jari.
Pemeriksaan Penunjang:
a)  Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang umum dilakukan pada gangguan ini.
b) Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel mekonium.
c) Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada mekonium yang mencegah udara sampai keujung kantong rectal.
d) Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.
e) Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum tersebut sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm Derek tersebut dianggap defek tingkat tinggi.

Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan
a. Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di daerah tersebut.
b. Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dan gambaran ini harus dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus impoefartus, pada bayi dengan anus impoefartus. Udara berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid, kolon/rectum.
c. Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala dibawah dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto daerah antara benda radio-opak dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat diukur.

7. Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk kelainan dilakukan kolostomi beberapa lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen (prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badan dan bertambah baik status nutrisnya. Gangguan ringan diatas dengan menarik kantong rectal melalui afingter sampai lubang pada kulit anal fistula, bila ada harus tutup kelainan membranosa hanya memerlukan tindakan pembedahan yang minimal membran tersebut dilubangi degan hemostratau skapel.
Tindakan pembedahan merupakan satu-satunya cara pengobatan atresia. For high anal atresia anus, segera setelah diagnosis dibuat, berupa membuat saluran darurat di dinding perut bayi (colostomy) untuk menyalurkan pembuangan pup. Beberapa bulan kemudian, baru dipindahlan ke bagian anusnya. Sedangkan colostomy nya di tutup beberapa minggu kemudian. Pada atresia rendah, segera setelah diagnosa, sumbatan (kulit) segera di lubangi. Jika salurannya tidak pada tempatnya, maka operasi pemindahan dillakukan dalam1 tahun pertama. Setelah pembedahan, dokter ahli bedah anak, menggunakan alat khusus seta mengajarkan ke orang tua agar tidak terbentuk jaringan ikat (sikatriks) pada lubang yang sudah di buat.
b. Pengobatan
1) Aksisi membran anal (membuat anus buatan)
2) Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus permanen)
c.Keperawatan
            Kepada orang tua perlu diberitahukan mengenai kelainan pada anaknya dan keadaan tersebut dapat diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi akan dilakukan 2 tahap yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan dilakukan operasi tahapan ke 2, selain itu perlu diberitahukan perawatan anus buatan dalam menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi serta memperhatikan kesehatan bayi
(Staf Pengajar FKUI. 205)



8. Prognosis
Sebagian besar prognosis dari atresia ani biasanya baik bila didukung perawatan yang tepat dan juga tergantung kelainan letak anatomi saat lahir.
Untuk anak-anak yang memiliki hasil yang buruk untuk kontinensia dan sembelit dari operasi awal, operasi lebih lanjut untuk lebih membentuk sudut antara anus dan rektum dapat meningkatkan penahanan dan, bagi mereka dengan rektum besar, operasi untuk mengangkat bahwa segmen membesar secara signifikan dapat meningkatkan kontrol usus untuk pasien. Mekanisme enema antegrade dapat dibentuk dengan bergabung lampiran ke kulit (Malone stoma), namun, mendirikan anatomi lebih normal adalah prioritas.

Biasanya dokter dapat membuat diagnosis visual yang jelas atesia dubur setelah lahir. Kadang-kadang, bagaimanapun, atresia anus yang tidak terjawab sampai bayi makan dan tanda-tanda obstruksi usus muncul. Pada akhir hari pertama atau kedua, perut membengkak dan ada muntah feces. Untuk menentukan jenis atresia anal dan posisi yang tepat, sinar x akan diambil yang meliputi menyuntikkan pewarna ke dalam pembukaan buram. Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau computed tomography scan (CT), serta USG, adalah teknik pencitraan yang digunakan untuk menentukan jenis dan ukuran atresia anus. USG menggunakan gelombang suara, CT scan sinar x lulus melalui tubuh pada sudut yang berbeda, dan MRI menggunakan medan magnet dan gelombang radio.





KESIMPULAN

Atresia anus artinya anus tidak ada atau tidak berada pada tempatnya.Atresia anus merupakan kelainan dalam perkembangan bayi saat masih dalam kandungan, penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga factor genetic sedikit berperanan.diagnosis dibuat segera setelah bayi dilahirkan (rutinitas/SOP, dimana tiap  bayi baru lahir diperiksa anusnya ada atau tidak,trsumbat atau tidak.
Namun demikian terjadi juga keadaan ini tidak terdeteksi, dan baru diketahui setelah bayi tidak ngepup-ngepup dan terlihat gejala sumbatan diusus. Untuk memastikan jenis atresia dan posisinya pastinya, dilakukan pemeriksaan ronsen plus zat kontras. MRI atau CT Scan juga bias menentukan jenis dan ukuran atresia
Tindakan pembedahan merupakan satu-satunya cara pengobatan atresia.for high anal atresia anus, segera setelah diagnosis dibuat, berupa membuat saluran darurat di dinding perut bayi (colostomy) untuk menyalurkan pembuangan pup, beberapa bulan kemudian baru dipindahkan ke bagian anusnya.







DAFTAR PUSTAKA

Suriadi, dkk.   Asuhan Keperawatan pada Anak.  edisi 2. Jakarta:  Sagung Seto. 2006. 145-3
Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden .  Buku Saku Keperawatan Pediatrik.  Edisike-3. Jakarta: EGC. 2006. 345
Wong, Donna L. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. edisi ke-4. Jakarta : EGC. 2003. 446
Anonimous. Atresia Anus (Anus Imperforatus). Available @ http//www.medicastore.com. (cited on December 16 th 2011).
Anonimous. Atresia Anus (Anus Imperporta). Available @ http//www.drdidispog.com. (cited on December 16 th 2011).
Anonimous.   Atresia Ani. Available @  http//akperkalta.ac.id (cited on Desember 17 th 2011)
Anonimous.  Askep  Atresia  Ani.  Available @ http://nursingbegin.com (cited on Desember 17 th 2011)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar