ATRESIA ANUS
1. Pendahuluan
Atresia
ani atau anus imperforata disebut sebagai malformasi anorektal, adalah suatu
kelainan kongenital tanpa anus atau dengan anus tidak sempurna, termasuk
Agenesis ani, Agenesis rekti dan Atresia rekti. Insiden 1 : 5000 kelahiran yang
dapat muncul sebagai penyakit tersering yang merupakan syndrom VACTRERL (
Vertebra, Anal, Cardial, Esofageal, Renal, Limb).
Dalam asuhan neonatus tidak sedikit dijumpai adanya kelainan cacat kongenital pada anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan. Walaupun kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan perineum.
Kelainan kongenital pada anus ini biasanya disebabkan karena putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu /3 bulan, dan adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
Atresia ani adalah malformasi congenital dimana rectum tidak mempunyai
lubang keluar (Walley,1996). Ada juga yang menyebutkan bahwa atresia ani adalah
tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus
secara abnormal (Suriadi,2001). Sumber lain menyebutkan atresia ani adalah
kondisi dimana rectal terjadi gangguan pemisahan kloaka selama pertumbuhan
dalam kandungan.
ü Definisi
Atresia Ani
adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus,
rectum atau keduanya (Betz. Ed
3 tahun 2002)
Atresia ini atau anus imperforate
adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm
mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata
atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan
langsung dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM)
Atresia Ani merupakan kelainan
bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520
: 2003).
Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforata dalam 4
golongan, yaitu:
1.
Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus
2. Membran anus yang menetap
3. Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam-macam jarak dari peritoneum
4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung
2. Membran anus yang menetap
3. Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam-macam jarak dari peritoneum
4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung
ü Etiologi
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Putusnya saluran pencernaan dari
atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
b. Kegagalan pertumbuhan saat bayi
dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
c. Adanya gangguan atau berhentinya
perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus
urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
4. Patofisiologi
Atresia ani atau anus imperforate
dapat disebabkan karena :
a) Kelainan
ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena
gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik
b) Putusnya
saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur
c) Gangguan
organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan
pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan
d) Berkaitan
dengan sindrom down
e) Atresia ani
adalah suatu kelainan bawaan
f) Kegagalan
migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sakral dan abnormalitas pada
uretra dan vagina.
g) Tidak ada
pembukaan usus besar yang keluar anus menyebabkan fecal tidak dapat dikeluarkan
sehingga intenstinal menyebabkan obstruksi.
Terdapat
tiga macam letak
·
Tinggi
(supralevator) → rektum berakhir di atas M.Levator ani (m.puborektalis) dengan
jarak antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. Letak
upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran
kencing atau
saluran genital
·
Intermediate
→ rectum terletak pada m.levator ani tapi tidak menembusnya
·
Rendah
→ rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit dan ujung
rectum paling jauh 1 cm.
Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina/perineum
Pada laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke traktus urinarius
Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina/perineum
Pada laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke traktus urinarius
5.
Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar anomati ini
neonatus ditemukan dengan obstruksi usus. Tanda berikut merupakan indikasi
beberapa abnormalitas:
ü Tidak
adanya apertura anal
ü Mekonium
yang keluar dari suatu orifisium abnormal
ü Muntah
dengan abdomen yang kembung
ü Tidak dapat
dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
ü Mekonium
keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
ü Distensi bertahap dan adanya
tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula).
ü Bayi
muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
ü Pada pemeriksaan rectal touché
terdapat adanya membran anal.
ü Perut kembung.
Untuk
mengetahui kelainan ini secara dini, pada semua bayi baru lahir harus dilakukan
colok anus dengan menggunakan termometer yang dimasukkan sampai sepanjang 2 cm
ke dalam anus. Atau dapat juga dengan jari kelingking yang memakai sarung
tangan. Jika terdapat kelainan, maka termometer atau jari tidak dapat masuk.
Bila anus terlihat normal dan penyumbatan terdapat lebih tinggi dari perineum.
Gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah
berwarna hijau.
6. Diagnosis
1) Anamnesa:
a.Bayi cepat kembung antara 4-8 jam
setelah lahir
b. Tidak ditemukan anus, kemungkinan ada fistula
c. Bila ada fistula pada perineum(mekoneum +) kemungkinan letak rendah
Untuk menegakkan diagnosis Atresia Ani adalah dengan anamnesis dan pemeriksaan perineum yang teliti .
b. Tidak ditemukan anus, kemungkinan ada fistula
c. Bila ada fistula pada perineum(mekoneum +) kemungkinan letak rendah
Untuk menegakkan diagnosis Atresia Ani adalah dengan anamnesis dan pemeriksaan perineum yang teliti .
-
mekonium (tinja pertama pada bayi baru lahir) tidak keluar dalam waktu
24-48 jam setelah lahir
- tinja keluar dari vagina atau uretra
- perut menggembung
- jika disusui, bayi akan muntah .
- tinja keluar dari vagina atau uretra
- perut menggembung
- jika disusui, bayi akan muntah .
a.
Keluhan utama pada bayi
Petugas mengatakan bayi mengalami atresia ani dengan hasil pemeriksaan fisik setelah 2 jam pertama setelah lahir tidak ditemukaan adanya lubang anus, serta perut bayi kembung
b. Riwayat obstetri
Riwayat kehamilan terakhir :
- TT : ibu mengatakan selama hamil mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali, imunisasi TT1 diberikan oleh bidan “R” sejak ibu diketahui positif hamil. Sedangkan imunisasi TT2 diberikan pada 4 minggu setelah mendapatkan imunisasi TT1
- Obat/jamu yang diminum : ibu mengatakan selama hamil hanya mengkonsumsi obat tablet Fe sebanyak 90 tablet selama hamil sesuai anjuran bidan. Tidak mengkonsumsi obat dan jamu lain
- Triwulan I : ibu mengatakan pada kehamilan selama 3 bulan pertama melakukan 3 kali kunjungan di BPS bidan “R” dengan keluhan mual dan muntah berlebihan selama 2 bulan pertama kehamilan.
- Triwulan II : ibu mengatakan pada kehamilan 4 bulan hingga 6 bulan melakukan 2 kali kunjungan di BPS bidan “R” dengan tidak ada keluhan apapun.
- Triwulan III : ibu mengatakan pada usia kehamilan 7 bulan hingga 9 bulan melakukan 4 kali kunjungan di BPS “R” dengan keluhan sering kencing.
c. Riwayat Persalinan
Tanggal 28 Desember 2010 pukul 08.00 WIB. Bayi lahir normal spontan belakang kepala, ditolong leh bidan, lama persalinan kala I ± 7 jam, kala II 30 menit, kala III 5 menit, plasenta lahir lengkap, jenis kelamin bayi perempuan tidak ada lilitan tali pusat, BB : 3200 gr, PB : 50 cm, 2 jam post partum perdarahan ± 200 cc
Petugas mengatakan bayi mengalami atresia ani dengan hasil pemeriksaan fisik setelah 2 jam pertama setelah lahir tidak ditemukaan adanya lubang anus, serta perut bayi kembung
b. Riwayat obstetri
Riwayat kehamilan terakhir :
- TT : ibu mengatakan selama hamil mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali, imunisasi TT1 diberikan oleh bidan “R” sejak ibu diketahui positif hamil. Sedangkan imunisasi TT2 diberikan pada 4 minggu setelah mendapatkan imunisasi TT1
- Obat/jamu yang diminum : ibu mengatakan selama hamil hanya mengkonsumsi obat tablet Fe sebanyak 90 tablet selama hamil sesuai anjuran bidan. Tidak mengkonsumsi obat dan jamu lain
- Triwulan I : ibu mengatakan pada kehamilan selama 3 bulan pertama melakukan 3 kali kunjungan di BPS bidan “R” dengan keluhan mual dan muntah berlebihan selama 2 bulan pertama kehamilan.
- Triwulan II : ibu mengatakan pada kehamilan 4 bulan hingga 6 bulan melakukan 2 kali kunjungan di BPS bidan “R” dengan tidak ada keluhan apapun.
- Triwulan III : ibu mengatakan pada usia kehamilan 7 bulan hingga 9 bulan melakukan 4 kali kunjungan di BPS “R” dengan keluhan sering kencing.
c. Riwayat Persalinan
Tanggal 28 Desember 2010 pukul 08.00 WIB. Bayi lahir normal spontan belakang kepala, ditolong leh bidan, lama persalinan kala I ± 7 jam, kala II 30 menit, kala III 5 menit, plasenta lahir lengkap, jenis kelamin bayi perempuan tidak ada lilitan tali pusat, BB : 3200 gr, PB : 50 cm, 2 jam post partum perdarahan ± 200 cc
http://medicastore.com/penyakit/905/Atresia_Anus.html
Pemeriksaan
Fisik :
Pemeriksaan
fisik rectum: kepatenen rectal dan dapat dilakukan colok dubur dengan
menggunakan selang atau jari.
Pemeriksaan
Penunjang:
a)
Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang
umum dilakukan pada gangguan ini.
b) Jika ada fistula, urin dapat
diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel mekonium.
c) Pemeriksaan sinyal X lateral
infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat menunjukkan adanya kumpulan udara dalam
ujung rectum yang buntu pada mekonium yang mencegah udara sampai keujung
kantong rectal.
d)
Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.
e) Aspirasi jarum untuk mendeteksi
kantong rectal dengan menusukan jarum tersebut sampai melakukan aspirasi, jika
mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm Derek tersebut
dianggap defek tingkat tinggi.
Pemeriksaan
radiologis dapat ditemukan
a. Udara dalam usus berhenti
tiba-tiba yang menandakan obstruksi di daerah tersebut.
b. Tidak ada bayangan udara dalam
rongga pelvis pada bagian baru lahir dan gambaran ini harus dipikirkan
kemungkinan atresia reftil/anus impoefartus, pada bayi dengan anus impoefartus.
Udara berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid, kolon/rectum.
c. Dibuat
foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala dibawah dan
kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto daerah antara
benda radio-opak dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat diukur.
7.
Penatalaksanaan Medis
a.
Pembedahan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai
dengan keparahan kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur
pengobatannya. Untuk kelainan dilakukan kolostomi beberapa lahir, kemudian
anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen (prosedur penarikan perineum
abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada
usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar dan
pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk
menambah berat badan dan bertambah baik status nutrisnya. Gangguan ringan
diatas dengan menarik kantong rectal melalui afingter sampai lubang pada kulit
anal fistula, bila ada harus tutup kelainan membranosa hanya memerlukan
tindakan pembedahan yang minimal membran tersebut dilubangi degan hemostratau
skapel.
Tindakan pembedahan merupakan
satu-satunya cara pengobatan atresia. For high anal atresia anus, segera setelah
diagnosis dibuat, berupa membuat saluran darurat di dinding perut bayi
(colostomy) untuk menyalurkan pembuangan pup. Beberapa bulan kemudian, baru
dipindahlan ke bagian anusnya. Sedangkan colostomy nya di tutup beberapa minggu
kemudian. Pada atresia rendah, segera setelah diagnosa, sumbatan (kulit) segera
di lubangi. Jika salurannya tidak pada tempatnya, maka operasi pemindahan
dillakukan dalam1 tahun pertama. Setelah pembedahan, dokter ahli bedah anak,
menggunakan alat khusus seta mengajarkan ke orang tua agar tidak terbentuk
jaringan ikat (sikatriks) pada lubang yang sudah di buat.
b.
Pengobatan
1) Aksisi membran anal (membuat anus buatan)
2) Fiktusi yaitu dengan melakukan
kolostomi sementara dan setelah 3 bulan dilakukan korksi sekaligus (pembuat
anus permanen)
c.Keperawatan
Kepada orang tua perlu diberitahukan mengenai kelainan pada anaknya dan keadaan tersebut dapat diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi akan dilakukan 2 tahap yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan dilakukan operasi tahapan ke 2, selain itu perlu diberitahukan perawatan anus buatan dalam menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi serta memperhatikan kesehatan bayi
Kepada orang tua perlu diberitahukan mengenai kelainan pada anaknya dan keadaan tersebut dapat diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi akan dilakukan 2 tahap yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan dilakukan operasi tahapan ke 2, selain itu perlu diberitahukan perawatan anus buatan dalam menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi serta memperhatikan kesehatan bayi
(Staf
Pengajar FKUI. 205)
8.
Prognosis
Sebagian besar prognosis
dari atresia
ani biasanya baik bila didukung perawatan
yang tepat dan juga tergantung kelainan letak anatomi saat lahir.
Untuk
anak-anak yang memiliki hasil yang buruk untuk kontinensia dan sembelit dari
operasi awal, operasi lebih lanjut untuk lebih membentuk sudut antara anus dan
rektum dapat meningkatkan penahanan dan, bagi mereka dengan rektum besar,
operasi untuk mengangkat bahwa segmen membesar secara signifikan dapat
meningkatkan kontrol usus untuk pasien. Mekanisme enema antegrade dapat
dibentuk dengan bergabung lampiran ke kulit (Malone stoma), namun, mendirikan
anatomi lebih normal adalah prioritas.
Biasanya
dokter dapat membuat diagnosis visual yang jelas atesia dubur setelah lahir.
Kadang-kadang, bagaimanapun, atresia anus yang tidak terjawab sampai bayi makan
dan tanda-tanda obstruksi usus muncul. Pada akhir hari pertama atau kedua,
perut membengkak dan ada muntah feces. Untuk menentukan jenis atresia anal dan
posisi yang tepat, sinar x akan diambil yang meliputi menyuntikkan pewarna ke
dalam pembukaan buram. Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau computed
tomography scan (CT), serta USG, adalah teknik pencitraan yang digunakan untuk
menentukan jenis dan ukuran atresia anus. USG menggunakan gelombang suara, CT
scan sinar x lulus melalui tubuh pada sudut yang berbeda, dan MRI menggunakan medan
magnet dan gelombang radio.
KESIMPULAN
Atresia anus artinya anus tidak ada atau tidak berada pada
tempatnya.Atresia anus merupakan kelainan dalam perkembangan bayi saat masih
dalam kandungan, penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga factor genetic
sedikit berperanan.diagnosis dibuat segera setelah bayi dilahirkan
(rutinitas/SOP, dimana tiap bayi baru
lahir diperiksa anusnya ada atau tidak,trsumbat atau tidak.
Namun demikian terjadi juga keadaan ini tidak terdeteksi,
dan baru diketahui setelah bayi tidak ngepup-ngepup dan terlihat gejala
sumbatan diusus. Untuk memastikan jenis atresia dan posisinya pastinya, dilakukan
pemeriksaan ronsen plus zat kontras. MRI atau CT Scan juga bias menentukan
jenis dan ukuran atresia
Tindakan pembedahan merupakan satu-satunya cara pengobatan
atresia.for high anal atresia anus, segera setelah diagnosis dibuat, berupa
membuat saluran darurat di dinding perut bayi (colostomy) untuk menyalurkan
pembuangan pup, beberapa bulan kemudian baru dipindahkan ke bagian anusnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Suriadi,
dkk. Asuhan
Keperawatan pada Anak. edisi 2. Jakarta:
Sagung Seto. 2006. 145-3
Betz, Cealy L. &
Linda A. Sowden . Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisike-3. Jakarta: EGC. 2006. 345
Wong,
Donna L. Pedoman Klinis Keperawatan
Pediatrik. edisi ke-4. Jakarta : EGC. 2003. 446
Anonimous. Atresia Anus (Anus Imperforatus). Available @ http//www.medicastore.com. (cited on
December 16 th 2011).
Anonimous. Atresia Anus (Anus
Imperporta). Available @ http//www.drdidispog.com. (cited on December 16 th 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar